
Silka, Gadis Yatim Asal Kota Cilegon, 6 Bulan Hafal Alquran
KETIKA pertama datang ke Pondok Pesantren Irhamna Bil Quran Mandalawangi Pandeglang, gadis manis ini tak diantar ayahnya. Ia datang bersama paman dan ibunya.
Silka Mafazatun Ni’mah, demikian nama gadis kelahiran Kota Cilegon, 29 Juli 2005. Silka merupakan salah seorang yatim super cerdas di Pesantren Irhamna Bil Quran. Tak hanya cerdas, ia juga dikenal santri yang rain belajar. Semua pelajaran dari ustaz dan ustazah, dilahapnya dengan semangat.
Bahkan ketika diberi tanggungjawab menghafal Alquran, firman Allah berisi 6666 ayat itu mampu dihafalnya hanya dalam waktu enam bulan. Waktu yang sangat singkat.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu bukan tak menemui hambatan. Justru Silka adalah salah seorang santri yang paling banyak diterpa masalah. Setidaknya, setelah menyandang status yatim, hari-hari Silka penuh dengan kesepian.
Ayahnya, Nurdin, meninggal sejak Silka belum mesantren di Irhamna Bil Quran. Saat itu, Silka dan ibunya kebingungan, ke mana Silka akan disekolahkan. Apalagi sang ibu, Afidah, hanya ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki penghasilan tetap sebagai ibu sekalgus kepala rumah tangga.
Remaja asal Kampung Kapu Denok Kelurahan Kepuh Denok, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon beruntung memiliki paman yang perhatian. Sang paman lah yang mengarahkan Silka masuk ke Pesantren Irhamna Bil Quran.
Bagaimana Silka bisa menghafal Alquran hanya dalam waktu enam bulan? Menurut Silka, semua kemudahan itu tidak datang dengan mudah.
Ia harus melaluinya dengan banyak tantangan dan kepedihan. Selain tidak henti-henti mengulang bacaan, ia juga membantunya dengan puasa Daud dan doa.
“Seluruh santri di Pondok Pesantren Irhamna Bil Quran rajin puasa Daud. Setahu saya, tidak seorang pun santri di pesantren ini yang tidak mendawamkan puasa Daud,” kata Silka.
Silka punya metode khusus supaya mudah menghafal dan kuat diingat. Pertama, membaca berulang-ulang ayat yang akan dihafal. Langkah kedua, membaca berulang-ulang beserta artinya ayat yang akan dihafal.
“Setelah lancar dalam ingatan, barulah dihafal,” katanya.
Dengan cara menghafal seperti itu, Silka merasa dimudahkan menghafal Alquran sekaligus mengetahui arti yang terkandung dalam ayat tersebut.
“Cara saya menghafal, pertama membaca 3 hingga 10 kali berulang. Kalau sudah agak lengket di lidah, mulai dihafal,” kata Silka.
Bagi Silka, keberadaan seorang ayah sangat berarti. Itu sebabnya, ketika wisuda tahfid lalu, air matanya terus membanjiri pipi. Silka tak kuasa menahan sedih, sebab teman lain didampingi ayah dan ibu, sementara dirinya hanya didampingi ibu.
“Semoga hafalan saya bisa menolong kedua orang tua saya untuk masuk surga bersama saya dan keluarga,” katanya. Air mata gadis ini pun menetes. (tim)***